TANJUNG SELOR – Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Drs H Zainal A. Paliwang, S.H., M.Hum membuka secara langsung Musyawarah ke-II Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kaltara Tahun 2023 di Desa Gunung Seriang, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Jumat (27/01/2023).
Selain membuka musyawarah yang dihadiri lebih dari 300 utusan dari lima kabupaten/kota se-Kaltara, Gubernur Zainal juga mengikuti rangkaian acara yang lainnya. Diantaranya yakni melakukan peresmian gedung sekretariat DAD, penancapan tiang pertama pembangunan Rumah Adat Lamin Dayak Kaltara, serta pelantikan Pengurus Daerah Badan Komando Laskar Masyarakat Adat Dayak Nasional (Bakormad).
Hadir dalam kegiatan tersebut Presiden Masyarakat Adat Dayak, Dr Drs Marthin Billa, MM., Ketua Umum DAD, Drs Jhony Laing Impang, M.Si., Wakil Bupati (Wabup) Bulungan, Ingkong Ala, S.E., M.Si., mantan Bupati dan Wakil Bupati pertama Kabupaten Tana Tidung (KTT), unsur Forkopimda Kaltara, tokoh Adat, tokoh Masyarakat dan tokoh Agama se-Kaltara.
Mengawali sammbutannya, Gubernur Zainal mengapresiasi atas terpilihnya Ibu Kota Provinsi Kaltara sebagai tuan rumah pelantikan pertama pengurus Bakormad Kaltara. Ia begitu tersanjung karena dapat hadir dalam seluruh rangkaian kegiatan.
Ia juga mengucapkan selamat atas peresmian gedung sekretariat DAD Kaltara dan bagi pengurus Bakormad.
“Saya atas nama pribadi dan Pemprov Kaltara begitu mengapresiasi dan menyambut baik terlaksananya kegiatan ini. Saya berharap melalui musyawarah kedua ini, dapat membentuk kepengurusan yang dapat memberikan ide positif dalam organisasi dan pembangunan di Kaltara yang kita cintai ini,” katanya.
Ia juga berpesan, agar dalam musyawarah ini dapat bersikusi serta menyuarakan ide dan pendapat dengan cara yg baik sehingga tersusun program kerja yang mufakat dan dapat dilaksanan. Dan, hasilnya dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan khususnya masyarakat Dayak yg ada di Kaltara.
Pada kesempatan ini, ia mengingatkan agar seluruh masyarakat adat Dayak mau menjaga dan melestarikan budayanya. Agar jati diri atau identitas sebagai warga Dayak tidak hilang.
Selain itu, sebagai salah satu suku asli Pulau Kalimantan, tentunya ia menginginkan warisan budaya terus dilestarikan.
“Yang saya ketahui, setiap ukiran suku Dayak mempunyai warna dan arti tersendiri,” imbuhnya.
Dari sudut pandang pemerintah, ia menerangkan dalam arti luas pentingnya menjaga warisan adat/budata, tidak hanya tentang kekayaan dan identitas bangsa tetapi sebuah investasi besar untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa demi terwujudnya tujuan nasional.
Sempat berdiskusi bersama Presiden MAD Nasional dan Sekjen DAD, ia juga mendorong untuk menginventarisir kebudayaan/kekhasan suku Dayak. Seperti corak baju, penutup kepala, untuk di patenkan di Direktorat Jenderal Kekayaan Inteletual (DJKI) Kemenkumham.
Selanjutnya, mengenai pembangunan Lamin Adat Dayak yang diketahui berukuran 35×60 meter. Ia juga sejalan dengan pemikiran tersebut.
Sebelumnya, telah disampaikan laporan panitia selain pembangunan Lamin, direncanakan akan membangun museum Dayak. Namun, karena keterbatasan lahan, maka melalui surat resmi mengajukan permohonan penambahan lahan kepada pemerintah.
“Ini saya beri apresiasi dan beri penghormatan yang sangat tinggi. Saya sejalan dengan beliau. Saya juga pernah menyampaikan bahwa saya punya keinginan, punya cita-cita membuat museum guji di Kaltara. Karena banyak guci di Kaltara. Saya berkeinginan menyumbangkan guji ke museum nanti. Saya yakin masyarakat Dayak di Kaltara berlomba-lomba menyumbangkan gucinya agar bersama-sama kita masukan ke museum,” ungkapnya.
“Nanti saya lihat lokasi dulu. Insya Allah saya akan berikan tambahan (lahan,red) ke lokasi ini,” tambahnya.
Diakhir sambutannya, sekali lagi Gubernur Zainal mengharapkan agar semangat musyawarah ini tidak saat ini saja, akan tetapi terus berkelanjutan.
“Mari bersinergi bersama dengan pemerintah, sehingga kita dapat membangun Kaltara rumah kita menuju Kaltara yang Berubah, Maju, dan Sejahtera,” tutupnya.